Dilalah adalah memahami sesuatu dari sesuatau yang lain. sesuatu yang pertama disebut Al-madhul (ynag ditunjuk, diterangkan atau diberi dalil) dan sesuatu yang kedua disebut Al-dall (penunjuk, penerag, atau yang memberi dalil)
Contoh :
Terdengar suara di dalam danau di tengah ladang adalah dilalah ( indikator) bagi adanya orang di dalam danau itu.
Pembagian Dilalah
Skema ini menunjukkan bahwa Dilalah terbagi dua bagian yaitu : 1). Dilalah Lafzhiyyah; 2). Dilalah Ghairu Lafzhiyyah.
Dilalah Lafzhiyyah
Adalah petunjuk berupa kata atau suara. Dilalah ini terbagi tiga bagian yaitu :
1. Thabi’iyyah (dilalah lafzhiyyah thabi’iyyah) yaitu dilalah (petunjuk) yang berbentu alami (‘aradh thabi’i).
Contoh :
Ketawa terbahak-bahak menjadi dilalah bagi gembira
Menangis terisk-isak menjadi dilalah bagi sedih
2. ‘Aqliyah (dilalah lafzhiyah aqliyah) yaitu dilalah yang berbentuk akal- pikir.
Contoh :
“Suara teriakan ditengah hutan menjadi dilalah bagi adanya manusia di sana”.
Suara teriakan maling dari sebuah rumah menjadi dilalah bagi adanya pencuri yang sedang melakukan pencurian
3. Wadh’iyyah (dilalah lafzhiyah wadh’iyyah) yaitu dilalah yang dengan sengaja dibuat manusia untuk suatu isyarah atau tanda apa saja berdasar kesepakatan.
Contoh :
Petunjuk bagi lafadz (kata) kepada makna yang telah disepakati :
Orang Sunda sepakat menetapkan kata cau menjadi dilalah bagi pisang
Orang Jawa sepakat kata gedang menjadi dilalah bagi pisang
Orang Inggris sepakat kata Benana menjadi dilalah bagi pisang
Dilalah Ghairu Lafzhiyyah (غير اللفظية )
Adalah dilalah yang tidak berbentuk kata atau suara. Dilalah ini terbagi tiga bagian :
1. Thabi’iyyah (dilalah ghairu lafzhiyyah thabi’iyyah) yaitu dilalah (petunjuk) yang bukan kata atau suara yang bersifat alami
Contoh :
Wajah cerah menjadi dilalah bagi orang yang senang
Menutup hidung menjadi dilalah bagi menghindarkan bau
2. ‘Aqliyah (dilalah ghairu lafzhiyah ‘aqliyah) yaitu dilalah bukan kata atau suara yang berbentuk akal- pikir.
Contoh :
Hilangnya barang-barang di rumah menjadi dilalah bagi adanya orang yang mencuri
Terjadinya kebakaran di hutan menjadi dilalah bagi adanya orang yang membawa api ke sana
3. Wadh’iyyah (dilalah lafzhiyah wadh’iyyah) yaitu dilalah bukan kata atau suara yang dengan sengaja dibuat manusia untuk suatu isyarah atau tanda apa saja berdasar kesepakatan.
Contoh :
Petunjuk bagi lafadz (kata) kepada makna yang telah disepakati :
Secarik kain hitam yang dipakai orang Cina di tangan kirinya menjadi dilalah bagi kesedihan, karena ditinggal mati oleh keluarganya.
C. Dilalah Lafzhiyah Wadh’iyah (لفظية وضعية )
Dilalah Lafzhiyah Wadh’iyah, seperti yang terlihat didalam skema, terbagai tiga bagian yaitu :
a. Muthabaqiyyah (dilalah lafzhiyah wadhiyyah muthabaqiyyah) yaitu dilalah lafazh (petunjuk kata) kepeda makna selengkapnya.
Contoh :
Kata rumah memberi petunjuk (dilalah) kepada bangunan yang lengkap terdiri dari, dinding , jendela, pintu, atap dan lain-lainnya. Jika kita menyuruh membuat rumah, adalah rumah yang lengkap, bukan hanya satu bagian saja (dinding atau atapnya) saja.
b. Tadhammuniyyah (dilalah lafzhiyyah wadh’iyyah tadhammuniyah) yaitu dilalah lafazh (petunjuk kata) kepada bagian-bagian maknanya.
Contoh :
Ketika kita bermaksud untuk memperbaiki rumah, maka hanya bagian-bagian tertentu saja yang diperbaiki.
Jika kita meminta dokter mengobati badan, maka bagian badan yang sakit saja yang diobati.
c. Iltizamiyyah (dilalah lafzhiyyah wadh’yyah iltizamiyya), yaitu dilalah lafazh kepada sesuatu yang ada di luar makna lafazh yang disebutkan, tetapi terikat amat erat dengan makna yang dikandungnya.
Contoh :
Jika kita menyuruh tukang memeperbaiki asbes loteng rumah yang runtuh, maka yang dimaksud bukan hanya asbes saja, tetapi kayu-kayu asbes yang melekat dan kebetulan sudah patah pun harus diganti. Asbes dengan kayu yang menjadi tulangnya terkait amat erat (iltizam)
Posting Komentar